[Isekai Mahou] Chapter 3 - Sebuah Permintaan Konyol seperti yang Diharapkan

"Tidak mungkin. Kau serius..."

"Yah . Kemungkinannya ada."

Setelah Reiji menangkap Mizuki, dia dipenuhi tentang situasi yang berlangsung. Pertama kali dia cukup kebingungan juga, tapi tidak menjadi sendiri di sini pasti bekerja dengan baik. Dengan semangat dari kedua temannya, dia menerimanya sebelum berlanjut. Seseorang seharusnya masih memuji dia untuk punya keberanian baja seperti dia tidak lari menjauh dari kenyataan.

"Oke, aku mengerti."

"Kau benar-benar cepat mengerti."

"Kalian sungguh tenang juga. Harusnya jadi memalukan untuk jatuh dalam kepanikan oleh diri sendiri. Lagi pula, sekarang kita di sini, kita hanya dapat mengambil sesuatu seperti mereka datang."


Mizuki memotong sikap setuju yang jelas. Dia memiliki rambut hitam panjang dan terlihat lembut dengan tampilan yang membuat dia terlihat seperti sedikit lemah, gadis menyendiri. Lebih lagi, dia punya kelembutan, mengejutkannya masih kuat dan hatinya tidak gelisah. Reiji tersenyum padanya.

"Kau kuat, Mizuki."

"Y-Yah."

Dia akhirnya berubah sangat merah dari senyumnya. Itu bukan sesuatu yang baru, namun Reiji tak menyadari kemampuan pemikatnya.

Tidak tepat sama sekali suasana hati memenuhi ruang dan Suimei menanyakan Mizuki seperti jika memercikkan air di atasnya.

"Jadi, Mizuki, ada sesuatu yang ingin aku ingin tanyakan."

"Eh? Benarkah."

"Jika ini seperti novel, maka selanjutnya datang..."

"Y-Yah, beberapa orang penting dari dunia lain muncul. Sebaliknya..."

Bagian pertama adalah sama seperti yang diharapkan dari novel, tapi dia menambahkan sebaliknya, jadi harusnya ada yang hasil berbeda mungkin juga.

Reiji menanyakan tentang itu setelah istirahat sedikit.

"Apa ada sesuatu yang lain?"

"Dalam beberapa novel lain, tujuan, dengan kata lain tempat ini, menjadi kastil Raja Iblis."

"...Uwah. Itu sekarang buruk."

Ya, dalam sebagian besar novel, Karakter Utama yang dipanggil hanya akan melawan di hadapan Raja Iblis pada akhir cerita setelah banyak lika-liku dan perubahan. Namun. Ketika ini adalah sebuah alur yang tidak diharapkan seperti Mizuki telah sebutkan, lalu ini akan menjadi titik fokus dari klimaks, pertarungan akhir.

Itu sepenuhnya tidak terlalu menyenangkan. Hanya bahaya untuk kehidupan mereka. Kesengsaraan seperti itu sungguh berlebihan.

Kemudian Reiji menanyakan Mizuki dengan nada tenang.

"Jika aku ingat yang sebenarnya. kalau novel itu sejenis, di mana Karakter Utama membunuh Raja Iblis pada suatu kejadian dan kemenangan kembali pada negara dari dunia lain sebagai seorang pahlawan, bukan?"

"Yah. Lalu musuh lain yang kuat muncul dan kemudian Karakter Utama ditarik ke dalam perang saudara..."

Mizuki mulai untuk menjelaskan, ketika Suimei, menambahkan pendengarannya dengan sihir, mendengar beberapa bunyi dari sisi luar ruangan.

"Kalian dengar."

"Mh?"

"Aku mengerti. Mizuki, seseorang akan datang dan banyak dari mereka pada saat itu."

Rupanya Reiji telah mendengar mereka juga. Perubahan dirinya tidak untuk ditunjukkan. Tepat setelah memberikan penjelasan mudah padanya, dia merubah tatapannya ke arah sumber kegaduhan, jalan di belakang pintu, dan berdiri melindungi di depan Mizuki.

Mizuki sangat gelisah. Dan Suimei mengambil jarak seperti Reiji juga.

"Aku cuma berharap orang-orang penting itu yang memanggil kita."

"Jangan bodoh. Kalau begitu, harapan untuk teman sekelas kita yang mengatakan 'membodohimu."

"..."

Reiji tidak membalas pada candaan kecil Suimei. Apakah itu karena langkah kaki mendekat ke pintu atau dia dengan sederhananya percaya ini sebenarnya lebih baik ketika beberapa orang penting dari dunia lain datang, itu tidak jelas. Intinya— Siapa tepatnya yang muncul dan akan memasuki ruangan ini?

Suimei memandang ke sampingnya, di mana Reiji berdiri sangat tegang, bersiap untuk melompat maju kapanpun, dan Mizuki kembali mundur sembari tidak menghalanginya.

Bagi Suimei, bukan menambah berat dalam situasi tak biasa, dia membangkitkan gairah dengan hatinya yang berdegup sampai situasi tak bisa diprediksi. Hatinya sebagai penyihir tentu saja.

Kemudian dia dengan tenang mengecek barang miliknya. Dia kemari tanpa persiapan apapun, jadi dia tidak membawa apa-apa tapi membawa benda biasa. Itu adalah—

(Aku merasakan tasku bertambah besar dan barang-barangnya di dalam. Aksesoris rantai, botol kecil dengan air raksa, kartu, jaket, sarung tangan yang tidak sesuai dan sedikit delapan obat penting... Sejujurnya, itu semua tidak begitu berguna. Tapi—)

Jika sesuatu terjadi, dia bisa langsung bertindak. Mereka semua tinggal di Jepang, jadi Suimei adalah satu-satunya orang yang sepertinya paling memiliki pengalaman bertarung, seperti dia dimasukkan menuju dunia bawah. Dia mau menjaga fakta kalau dia adalah penyihir rahasia, tapi tidak dalam pertukaran hidup temannya. Yang paling buruk, dia hanya bisa menghapus ingatan mereka, meski dia merasa kasihan tentang itu.

Ketiganya tegang dari kekhawatiran masing-masing mereka. Lalu langkah kaki berhenti di depan pintu.

Jeda singkat yang terasa seperti kekekalan dan dijejali akibat keinginan mereka. Belum lama, pintu terbuka dengan bunyi sesuatu yang berat sedang diseret terus menerus.

"—!"

"Firmus—"

(Pertahananku—)

Sementara Reiji kebingungan, Suimei menyiapkan sihir pertahanan. Ini tidak bisa dikendalikan kalau mereka menyerang dari jauh. Dan tidak ada kesalahan dalam persiapan.

—Kemudian, kelompok dengan baju besi dalam tempat masuk. Mereka terlihat seperti manusia bersenjata. Melegakan kalau mereka bukan monster, hantu atau iblis.

Prajurit-prajurit dengan hati-hati mendekati mereka dalam formasi rapi.

Apa yang akan terjadi? Suimei masih menyiapkan sihirnya, namun kelompok itu berpisah, membuat jalan untuk gadis kecil dengan rambut biru panjang yang mengenakan gaun putih menawan, serta seorang perempuan, memakai jubah seputih mutiara mengkilap.

Lalu—

"Eh...?"

"Mh—?"

Kedua perempuan itu membuat ekspresi kebingungan seolah mereka bertemu perkembangan tak terduga. Mereka membungkuk bersama dan membungkuk dengan diam-diam.

"Api putih, Semestinya ada seseorang yang dipanggil Pahlawan?"

"Ya, pastinya."

"Tapi aku melihat tiga orang di sini..."

"Perkiraanku kedua dari mereka ditelan dalam pemanggilan pahlawan."

"Oho..."

Mereka berbisik, tapi dengan telinga tajamnya, Suimei bisa mendengar dan mengerti bahasa mereka, dia terkejut. Yang anehnya bahasa yang bukan bahasa jepang, ataupun bahasa lain dari bumi. Meski dia tidak tahu bahasa itu, dia masih mengerti.

Penjelasan mungkin untuk itu adalah kalau sebuah mantera bahasa dimasukkan padanya selama pemanggilan. Hampir tepatnya.

Mendengar kata-kata pahlawan dan pemanggilan, Suimei memutuskan tidak perlu lagi untuk menyiapkan dan dengan diam membatalkan sihirnya. Reiji juga menyantaikan badannya.

Kemudian Suimei dengan miring menghampiri mereka dan menanyakan Mizuki.

"...Mereka terlihat terkejut... Nah, Mizuki, kau tahu alur seperti ini?"

"Yah. Ada cerita, di mana teman-temannya dari pemanggilan pahlawan terseret bersama, tapi..."

Tiba-tiba Mizuki berhenti bicara dan memiringkan kepalanya ke samping. Ada apa dengan keraguan ini?

"...?"

"Mizuki, apa ada sesuatu yang mengganggumu?"

"Uhm, dengan mengatakan alur, temannya dari pemanggilan pahlawan, dalam masalah kita Suimei-kun atau aku, akan membuat perjanjian dengan dewa jahat dan berbalik melawan pahlawan."

"Apa? Kenapa dewa jahat?"

"Aku tidak yakin salah satunya..."

Mizuki bingung dalam kegelisahan. Sejujurnya, Suimei merasa seperti kehilangan ketenangannya. Mengontrak dewa jahat, apaan tuh?

Dia cuma bisa membayangkan takdir yang tragis, di mana orang yang dipanggil membunuh ribuan orang dan meski kau menyelamatkannya, sosok jahat berbahaya yang menggunakan seluruh keberuntungan hidupmu, menunggumu dan memaksa untuk membayar ganti rugi.

Suimei merasa keringat dingin menjalar ke bawah punggungnya, mengingat Reiji menanyakan Mizuki.

"Berbalik melawan pahlawan.. Kenapa tiba-tiba melawanku?"

"Karena Suimei-kun atau aku akan membencimu dalam alur ini, membuat perjanjian dan melawan pahlawan."

"Eh...?"

Reiji berbalik benar-benar pucat pada perkataannya dan kebingungan, jadi Mizuki dengan cepat menyangkalnya.

"...Te -Tentu saja aku tidak pernah membencimu, Reiji-kun. Ba-Bagaimanapun, a a- aku- mencintai..."

Selagi dia malu untuk mengatakannya pada wajahnya, kata-katanya lambat laun berhenti dan akhirnya tidak bisa didengar lagi, tapi warna wajah Reiji berubah menjadi lebih baik dan dia dengan canggung menghadap pada Suimei.

"Da-Dan kau, Suimei?"

"Yah. Aku tidak akan tinggal denganmu selama enam belas tahun jika aku membencimu. Hanya memikirkannya."

"Un-Untunglah..."

Mendengar jawaban mereka, Reiji menghembuskan napas lega saat ini. Sejujurnya, tidak mungkin Suimei akan membenci laki-laki baik seperti itu.

Sementara ketiganya saling berbicara, gadis dengan rambut biru panjang memanggil mereka.

"Maaf untuk mengganggu kalian, boleh aku berbicara sebentar?"

"Ah, tentu."

Ketika Reiji membalas baiklah, gadis berambut biru itu dengan rapi membetulkan sikapnya dan membungkuk, kemudian dia berbicara.

"Maafkan aku untuk membawa kalian ke sini tiba-tiba. Aku anak kedua Almadias Root Astel, Raja dari Kerajaan Astel: Titania Root Astel. Dan ini adalah orang yang berusaha memanggil kalian kemari..."

Ketika Putri Titania berbalik sedikit ke samping untuk memperkenalkannya, seseorang dengan penasaran, perempuan dengan jubah putih melangkah ke depan.

"Namaku Felmenia Stingray, seorang penyihir istana. Senang untuk berkenalan dengan kalian."

Perempuan yang dipanggil Api Putih oleh Putri awalnya. Dia memiliki nama sendiri, seorang penyihir dan tubuhnya benar-benar dikelilingi dengan lancar oleh mana. Dia terlihat cukup lama menguasai sihir.

Setelah perkenalan mereka, Reiji melangkah ke depan saat ini dan mulai memperkenalkan dirinya dengan sopan.

"Terima kasih untuk perkenalan baik kalian. Namaku adalah Shana Reiji. Jika kalian lebih akrab dengan nama terakhir keluarga, lalu silahkan panggil aku Reiji Shana. Mereka berdua adalah temanku. Mizuki Anou dari kananku dan Suimei Yakagi dari kiri."

Reiji memperkenalkan mereka seperti itu, kemudian para penjaga membuat keributan dan putri Titania, serta penyihir Felmenia membuat ekspresi terkesan. Memuji perilaku Reiji dan menyambut dengan baik yang mestinya telah mengesankan mereka.

Selanjutnya, Mizuki maju ke depan dan memperkenalkan dirinya pada mereka.

"Senang berkenalan dengan kalian. Namaku Mizuki Anou..."

Dan terakhir, Suimei juga melangkah ke depan, menirukan Mizuki.

"Aku... Suimei Yakagi."

Perkenalannya berakhir dengan sederhana yang menyatakan namanya. Dia tidak memiliki apapun lagi untuk dikatakan, ataupun berada dalam situasi ini untuk membiarkan mulutnya ceroboh.

Lalu Titania melepaskan tatapannya yang berkelana menuju ketiganya dan menutup matanya seperti memikirkan tentang sesuatu.

"Reiji-sama, Mizuki-sama, Suimei-sama lalu. Alasan kami memanggil kalian di sini karena kami meminta bantuan dari... salah satu dari kalian."

"Dan itu?"

"Ya, saat ini penguasa iblis, Raja Iblis Nakshatra mengancam kedamaian dunia kami dan aku mau kalian untuk memusnahkan dia."

...Di setiap saat Putri mengucapkan ini, Suimei, Reiji dan Mizuki memiliki reaksi yang sama dalam hati mereka: Sudah diduga!

Hanya Suimei yang menempatkan tangannya pada dagunya dan menatap pada langit-langit.

5 Comments for "[Isekai Mahou] Chapter 3 - Sebuah Permintaan Konyol seperti yang Diharapkan"

avatar

wah ada yang mampir hehe, maaf tapi saya sedang mengerjakan proyek lain jadi untuk saat ini saya tidak tahu kapan bisa ngelanjut ini, mudah-mudah saja bulan depan (mungkin)

terima kasih,

avatar

Maaf min.. mungkin ini gg ada hbungannya ma novel ini tpi q minta tolong banget.. novel mahouka kpan d lanjut?? Trus cra gabung jdi penerjemah proyeknya gmna????

avatar

hubungi aja lewat fanspage di sebelah, nanti aku kasih rincian prasyaratnya buat gabung